Wednesday, June 18, 2008

Light Your Day with Knitting!

“Wah sudah jam 12 lebih,” pekikku. Padahal aku janji mau ketemu teman jam 12.30 di gedung sebelah untuk belajar knitting. Knitting dalam bahasa Indonesia kira-kira berarti merajut. Terburu-buru aku ke cafeteria. Masih ada waktu buat mengisi perut yang sejak tadi sudah berteriak minta diisi.

Syukurlah, hari ini cafeteria tidak terlalu ramai seperti hasi-hari biasanya. Setelah pesan ayam goreng, sayur pucuk labu dan segelas jus jambu biji, aku makan cepat-cepat. Tak sempat aku nikmati gurihnya ayam goreng hari ini. Manisnya jus jambu juga tak sempat lama mengendap di kerongkonganku. Selesai…! sorakku, sampai-sampai teman yang duduk di kursi sebelah tertawa. “Mau ketemu pacar ya, sampai-sampai ngebut begitu makannya”. Aku tersenyum ringan sambil berkata, “Mau belajar knitting nich, jadi buru-buru, takut gurunya ngambek.”

Dengan mafas masih terengah-engah aku sampai di ruangan Cece. “Hai Ce, jam 12.30 tepat nich,” kataku tersenyum riang. Cece adalah temanku yang bekerja dibagian adminitrasi. Dia menguasai berbagai teknik knitting. Dia juga sudah memiliki banyak jam terbang membimbing para pemula, pemula yang berminat belajar knitting tapi hanya bekal semangat.

Cece balas tersenyum dan mengajak aku melihat sebuah buku knitting untuk pemula. Dia juga menunjukkan berbagai jenis benang wol warna warni dan jarum aneka ukuran.

Pelajaran pertama adalah cara memegang jarum. Jarum aktif disebelah kanan. Yang kiri untuk membantu jika ingin mengaitkan benang. Ada dua teknik knitting: menusuk jarum dari atas benang dan dari bawah benang. “Tusukkan jarum yang ditangan kanan dari atas benang, lalu kaitkan benang ke jarum dengan bantuan jarum yang di kiri, lalu tarik benangnya,” begitulah petunjuk yang diberikan Cece.

Langkah selanjutanya adalah mengaitkan benang yang satu ke benang yang lainnya, sehingga membentuk barisan yang sama dan rapi. Sesekali Cece menertawakan kekakuan gerakan tanganku. Dengan serius dia bilang kalau kegiatan ini lumayan juga buat persiapan pensiun nanti. Kadang dia mengomentari caraku mengaitkan benang dan meminta aku tidak lupa menghitung jumlah kaitan yang telah dibuat supaya tidak kesulitan membuat baris kedua.

Waktu 30 menit terlewatkan sudah. Aku berhasil membuat 4 baris kaitan benang dengan panjang kurang lebih 15 cm. Rasanya senang sekali walaupun hasilnya tidak seperti yang aku bayangkan. Tenyata sulit dan perlu kesabaran tinggi untuk bisa mengait-ngaitkan benang. Apalagi untuk menjadi syal yang indah, seperti dalam bayanganku. Setelah mengucapkan terimakasih untuk pelajaran hari ini, aku pamit balik ke ruanganku.

Sesaat aku sudah berada di luar ruangan dan segera melangkah menuju koridor yang menghubungkan gedung dimana Cece dengan gedung ruanganku. Aku melangkah tak tergesa dan mencoba menikmati hembusan angin dari arah pepohonan di sebelah kanan. Tiba tiba aku merasakan sesuatu yang lain. Kenapa koridor yang sudah sering aku lewati selama 8 tahun bekerja di kantor ini sekarang terasa berbeda? Aku merasa seperti baru pertama aku lewat di sini? Apa yang berbeda? Hatiku mulai bertanya-tanya dan mencoba mencari jawaban. Apakah karena aku sedang gembira karena tadi aku belajar knitting? Ataukah sekedar karena berjalan tak tergesa, berusaha menikmati waktu, dan meresapi perasaan yang ada? Entahlah.

Aku sampai di ruanganku. Rasa riang itu masih ada di dalam dadaku. Dengan perasaan itu aku kembali memulai perkejaanku – bergelut dengan angka – sesuatu yang biasanya terasa membosankan.

Tak kukira, aku sangat menikmati untaian setiap angka yang ada di layar komputerku, menghitung, mengurang, mengerjakan semuanya dengan teliti, seakan mengikuti suatu urutan imajiner, seperti ketika aku belajar knitting tadi.

Ternyata belajar knitting ada gunanya juga. Knitting tidak seharusnya identik dengan kerjaan nenek-nenek. Dengan knitting aku belajar bersabar, melangkah pelan-pelan, menghitung dengan tepat, dan menikmati kesulitan yang ada sampai akhirnya bisa menghasilkan “syal” yang indah.

Hari itu aku sangat menikmati pekerjaan yang biasanya terasa membosankan itu. Dan sepertinya waktu di kantor tidak akan bisa mengikatku lagi. Kerjaan yang menumpuk diatas meja juga bukan alasan untuk membuat aku tertekan. Hari itu, setelah aku belajar knitting, aku merasakan kerja itu membahagiakan.

1 comment:

ado said...

kerjaku tetep membosankan :D